Tuesday, July 5, 2011

First Review BlackBerry PlayBook


Setelah digadang-gadang sekian lama, BlackBerry PlayBook akhirnya dirilis. Tablet andalan RIM tersebut resmi beredar di pasaran Amerika Utara pada 19 April 2011. Sayangnya untuk pasar Indonesia, belum jelas kapan PlayBook akan hadir. 

Namun pada akhir April kemarin, pihak RIM Asia Pasifik telah mengundang sejumlah wartawan termasuk InfoKomputer untuk menjajal kemampuan PlayBook tersebut. Didampingi Oliver Pilgerstorfer (PR Manager RIM untuk Asia Tenggara), kami pun sempat menjajal kemampuan tablet yang memiliki layar 7 inci tersebut.

Bicara layar, hal pertama yang menarik perhatian adalah kualitas layarnya yang prima. Layar dengan resolusi 1024x600 pixel tersebut mampu menampilkan gambar yang sangat tajam, detail, dan kaya warna. Kelebihan tersebut sangat kentara saat PlayBook memainkan sebuah film yang menampilkan birunya laut dan awan dengan sangat memukau. 

Yang juga perlu digarisbawahi, PlayBook mendukung video HD kelas 1080p dengan berbagai format seperti AVI, MP4, FLV, termasuk video yang dikonversi ke format High Profile 1080p. Bayangkan enaknya menikmati film definisi tinggi di tengah kemacetan atau sidang paripurna dengan layar yang keren tersebut. By the way, PlayBook juga menyediakan colokan HDMI sehingga kita bisa memutar video dari PlayBook ke televisi.

Kami juga sangat menyukai bentuknya yang ringkas dan ringan. Secara dimensi, ukuran 13x 19,4 cm dan tebal 1 cm mungkin terlalu besar untuk masuk ke saku celana atau jas. Namun dengan bobot yang hanya 425 gram, PlayBook sepertinya tidak akan menjadi bagian merepotkan saat masuk ke tas kerja. Bagian belakang PlayBook sendiri terbuat dari material karet sehingga lebih kokoh digenggam tanpa mudah terasa licin. Jadi jika dibandingkan iPad, PlayBook unggul dari sisi portability.

Kelebihan lain yang coba ditonjolkan PlayBook adalah kemampuan mulitasking, dan Oliver menunjukkannya dengan sangat bangga. Ia contohkan bagaimana PlayBook bisa menjalankan berbagai aplikasi secara bersamaan, mulai dari browser, video, musik, dan aplikasi lainnya. Kami coba menjalankan sampai 10 aplikasi secara bersamaan dan PlayBook bisa menjalankannya tanpa masalah.

Menariknya, aplikasi yang berjalan di latar belakang bisa kita lihat prosesnya saat membuka jendela multitasking. Contohnya begini. Kita sedang menjalankan sebuah video lalu terpikir untuk membuka browser. Saat browser aktif, video tersebut tetap berjalan. Lalu kita membuka jendela multitasking, yang memperlihatkan thumbnail alias jendela kecil berisi browser dan video yang tadi kita putar.

Nah, di jendela multitasking tersebut, kita bisa melihat video tetap berjalan—mirip seperti kita memencet Alt-Tab di Windows 7. Hal tersebut tidak bisa dilakukan Android dan iOS, jadi demonstrasi tersebut menunjukkan bagaimana efektifnya PlayBook menjalankan multitasking.

Keunikan lain dari PlayBook adalah bezel alias area di pinggiran layar memiliki peran tersendiri. Contohnya jika ingin membuka jendela  mulitasking, kita tinggal gerakkan jari dari bezel bagian bawah ke atas. Jika ingin menutup aplikasi, kita tinggal geser jendela aplikasi ke bezel bagian atas. Sedangkan bezel kanan dan kiri berfungsi untuk berpindah ke aplikasi lain tanpa harus membuka jendela multitasking. Bahkan mengaktifkan keyboard pun bisa dilakukan dengan menggerakkan jari dari bezel pojok kiri ke tengah layar. Pendekatan ini menurut kami sangat efektif dan praktis meniadakan kebutuhan tombol fisik.

PlayBook sendiri memiliki toko aplikasi sendiri dan berbeda dengan App World untuk ponsel BlackBerry. Ditanya soal kesediaan aplikasi untuk PlayBook, Oliver mengaku memang saat ini belum banyak, namun ke depannya akan sangat cerah. Pasalnya, aplikasi PlayBook dapat dibuat dengan berbagai bahasa pemograman, seperti C/C++, Adobe Air, HTML5, dan JavaScript. “Bahkan PlayBook bisa menjalankan aplikasi Android” ungkap Oliver. RIM akan menyediakan semacam aplikasi virtualisasi yang akan menjalankan aplikasi Android di atas sistem operasi PlayBook. 

Ironisnya, dari semua demontrasi yang Oliver lakukan, tidak satu pun menyangkut email yang selama ini menjadi kekuatan BlackBerry. Ternyata, di sinilah “kelemahan” PlayBook: tidak adanya aplikasi email, kontak, maupun kalender. Satu-satunya mengakses data tersebut adalah dengan melakukan pairing dengan ponsel BlackBerry (yang RIM sebut dengan BlackBerry Bridge). Jika sudah terhubung, semua email dapat yang ada di ponsel BlackBerry dapat dilihat di PlayBook. Namun ketika pairing itu terputus, data tersebut hilang dari PlayBook. PlayBook juga tidak memiliki koneksi 3G, sehingga koneksi ke internet harus mengandalkan WiFi atau pairing  via BlackBerry Bridge.

Kesimpulan

Meski hanya menjajalnya sebentar, penilaian kami terhadap BlackBerry PlayBook membumbung tinggi. Dengan kualitas layar, portability, dan kemudahan pakai yang jempolan, PlayBook bisa menjadi tablet ideal bagi banyak orang. Sayangnya, PlayBook belum menyediakan aplikasi khusus email yang sebenarnya menjadi andalan BlackBerry selama ini. 

Selain tanggal pasti, Oliver juga tidak berani menyebutkan harga resmi PlayBook di Indonesia. Namun sebagai gambaran, di pasaran Amerika Serikat, PlayBook dijual dengan harga US$499 (16GB), US$599 (32GB), dan US$699 (64GB). Kita tunggu saja kiprah PlayBook di Indonesia. (Wisnu Nugroho)

Spesifikasi Penting BlackBerry Playbook

Layar
7 inci, 1024x600 pixel
Fasilitas
WiFi, Bluetooth, GPS, Mini HDMI, accelerometer, Gyrpscope, Magnetometer
Sistem Operasi
Playbook OS (berbasis QNX)
Kamera
5MP 1080 HD Video (belakang), 3 MP 1080 HD Video (depan)
Kapasitas
16GB, 32GB, 64GB
Dimensi/Bobot
130x19,4x1 cm/425 gram
Harga (untuk pasar AS)
US$499 (16GB), US$599 (32GB), dan US$699 (64GB)

No comments:

Post a Comment